Sabtu, 26 Maret 2011

Thinking of Home While Away (Bagian Kedua)


Hari kedua Konferensi Internasional Pelajar Indonesia di Melbourne lumayan dingin, suhu di kota itu sekitar 8-10 derajat celcius. Musim dingin ini membuat kami lebih semangat untuk melanjutkan dan mengikuti acara sampai hari terakhir, karena di hari kedua ini jadwal sangat padat dan materi yang sangat menarik. Di hari kedua ini dibuka dengan diskusi panel pada pukul 09.00 dengan Moderator ketua PPI Australia (PPIA) saudara Miko Kamal. Diskusi ini diisi oleh : Prof. Ainun Na'im (The senior Vice Rector for Administrative Affairs, Finance, and Human Resources Development of UGM), Kemudian ada juga Dr. Erlenawati Sawir (Research fellow at International Education Research entre, central Quenssland University), dan presentator ketiga Prof. Tanya Fitzgerald (Professor in Educational Leadership, Management and History, La Trobe University). Diskusi ini berakhir sampai dengan pukul 11.45.

Sejak hari pembukaan sampai akhir konferensi, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa ingggris, karena yang hadir tidak hanya dari Indonesia, namun juga para pakar pendidikan dari Australia mereka berkontribusi baik sebagai presentator ataupun sebagai peserta, bahkan konferensi ini terbuka untuk umum. Diskusi ini cukup hangat dengan mengangkat tema: " Internationalization Education in a Higher Education Level". Kesempatan pertama dalam diskusi panel ini diberikan kepada Prof. Ainun Na'im (The senior Vice Rector for Administrative Affairs, Finance, and Human Resources Development of UGM- University of Gajah Mada-),beliau mengambil tema: "ISSUES IN INTERNATIONALIZATION STRATEGY IN HIGHER EDUCATION INSTITUTIONS".

Beliau menjelaskan beberapa poin tentang: Pengertian Internasionalisasi pendidikan, framework isu internasionalisasi, strategi, latar belakang, keuntungan, biaya, serta resiko yang akan dihadapi oleh institusi pendidikan di indonesia, karakteristik sekolah internasional, beberapa permasalahan yang dihadapi, kekurangan dan implikasinya, dan juga beberapa strategi indikator yang akan dilaksanakan oleh pemerintah.

Ada beberapa definisi tentang Internasionaliasi, diantaranya adalah: "The evolving awareness and acknowledgment by faculty and by students of the impacts of non-domestic forces and the preparation of the faculty members and the students to deal with them (Beamish 1993).", atau : Efforts to communicate the uniqueness of Indonesian community and share our research and educational programs to deal with it with international partners.

Beliau menambahkan bahwa: "dalam konteks perguruan tinggi, internasionaisasi diimplementasikan untuk mempromosikan hubungan di bidang kebudayaan, sosial, politik, dengan negara-negara lainnya", namun ada beberapa perangkat yang dibutuhkan untuk mencapai standar tersebut, diantaranya adalah: Accreditation, International students and international faculty members / staffs,Exchanges: inbound and outbound students and faculty staffs, Research: number of citations. Internasionalisasi ini bukanlah dianggap sebagai barang langka lagi di dunia internasional karena ini adalah bagian dari globalisasi, yang mana kompetisi global ini sebuah kenyataan yang ada di depan mata serta peluang bagi semua agar bisa mengelola sebuah institusi yang bertaraf internasional.

Prof. Ainun Naim menutup presentasinya dengan memberikan contoh yang ada di UGM (Universitas Gajah Mada) bagaimana sebuah wilayah terpencil dan disana terkenal dengan "Dry Area" di gunung kidul sekitar 30 km dari jogja, para profesor serta mahasiswa melakukan penghijauan dengan menanam bibit pohon di pinggiran sungai gunung kidul dinamakan "Wana Gama" hutan UGM, hasilnya sekarang wilayah tersebut menjadi hutan rindang serta bisa menyimpan cadangan air. Selain itu juga para profesor dan mahasiswa meneliti lokasi "dry area" ini dan berusaha untuk merubah lokasi yang kering menjadi lokasi yang subur , merek mencari sumber air, meneliti kadar air tersebut, kemudian dengan metode "solar energy" menjadikan mata air ini bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dengan mudah gratis dan mereka tidak perlu lagi "membeli" air yang biasanya dibeli per liter seharga 2000 rupiah.

Presentasi kedua disampaikan oleh Dr. Erlenawati Sawir (Research fellow at International Education Research centre, central Quenssland University) dengan tema: "Internationalisation of Higher Education: Issues within and beyond the practice".
Beiau membuka wacana tentang internasionalisasi di bidang kurikulum perbandingan antara Negara indonesia dan Australia. Beliau mengatakan bahwa: "in Indonesia, Internationalization is to maintain local and cultural identity was of primary concern in designing internationalized curriculum". But in Australia to design the curriculum which are more internationally relevant to respond to a more diverse student population and to design activities so as to promote intercultural learning". Terkait dengan internasionalisasi dalam sector kemahasiswaan, beliau menjelaskan bahwa: "In Australia: Institutions strive to help local students to internationalize by providing a learning environment that values differences. But in Indonesia Providing better quality of education by empowering students through overseas studies.”

Beliau juga menanggapi tentang kelebihan sebuah lembaga untuk melakukan internasionalisasi di bidang kurikulum adalah untuk mendorong para staf, guru dan dosen agar bisa memberikan pemahaman yang integral kepada para peserta didik terkait dengan pengetahuan yang bersifat internasional serta memberikan dorongan kepada mereka untuk bisa survive dalam menghadapi global market. Ibu Erlenawati menutup presentasinya dengan memberikan refleksi kepada para peserta dengan beberapa pertanyaan: "To what extent is your endeavour; to integrate into the local culture/people? to network or collaborate with staff and students from other nationalities? to produce papers for international publication (sole papers, co-author with supervisors or other colleagues)? Or to attend international local and conferences?"

Presentator ketiga yang tidak kalah menariknya adalah Prof. Tanya Fitzgerald (Professor in Educational Leadership, Management and History, La Trobe University) dengan tema: "The internationalisation of higher education ‐ mediating the local and the global". Di awal presentasinya Prof. Fitzgerald menjelaskan tentang tiga pilar yang ada di universitas dan mempunyai hubungan secara simultan, yaitu : Global, National dan local. Terkait dengan Internasionalisasi pendidikan, Fitzgerald menjelaskan definisi tentang Internationalisasi: the process of integrating an international, intercultural, or global dimension into the purpose, functions, or delivery of post secondary education (Knight 2003:2-3), it's More than just having international students". Lalu di wilayah apa saja internasionalisasi ini? Fitzgerald menjelaskan ada 5 hal: 1. kurikulum, 2. Profil staf dan institusinya, 3. Ada komitmen untuk menerima keberagaman, 4. Intelegency cultural dan inter-culturl, 5. Kompetensi komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar